Berkenalan dengan Griya Jing Si

Griya Jing Si adalah ayunan semangat Tzu Chi. Keseharian para penghuni di Griya Jing Si sedikit demi sedikit melihat kebijaksanaan agung dari hal-hal kecil yang mendetail, berlanjut hingga hidup berdampingan bersama langit dan bumi. “Lonceng subuh dan genderang senja mengumandangkan tradisi keluarga para kaum monastik; Griya Jing Si adalah tempat terjalinnya jalinan jodoh Sutra Bunga Teratai”.
Master Cheng Yen sering kali menyemangati para bhiksuni agar senantiasa melestarikan semangat agama dan menjaga kemurnian hati, serta menginspirasi insan Tzu Chi sedunia untuk mempraktikkan misi “Ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari dan bersumbangsih sebagai Bodhisattva Dunia”, membuat Tzu Chi terus berkembang.

Griya Jing Si dan Dunia Tzu Chi

Jing Si adalah nama yang Master Cheng Yen ambil untuk dirinya sendiri sebelum menjadi bhiksuni. “Griya” adalah ladang pelatihan murni para praktisi Buddhis. Griya Jing Si adalah tempat asal mula Yayasan Buddha Tzu Chi. Insan Tzu Chi menjulukinya “Kampung Halaman Batin”, juga merupakan mata air Dunia Tzu Chi.

Griya Jing Si juga merupakan ladang pelatihan para bhiksuni dalam memegang teguh semangat kemandirian “sehari tidak bekerja, sehari tidak makan”. Hidup sederhana dengan langkah yang mantap dan berpedoman pada sila, hemat sumber daya, mengurangi pengeluaran demi menyalurkannya ke bantuan amal. Semangat “Kemandirian” seperti ini bagaikan buah dan bunga teratai mekar bersamaan yang berkembang menjadi standar bagi insan Tzu Chi di seluruh dunia.
Pada tahun 1966, Master Cheng Yen membimbing murid-muridnya bekerja keras mendirikan Tzu Chi. Kemudian pada tahun 1968 membangun Griya Jing Si. Ladang pelatihan Bodhisattva yang terletak di kaki Pegunungan Sentral yang demikian agung dan berhadapan dengan Samudra Pasifik yang demikian luas, dikelilingi oleh hamparan padang hijau dan lahan pertanian, membawa suasana yang hening dan damai.

Pada mulanya para murid teguh memegang prinsip “Kemandirian” dengan pelatihan diri murni pada bercocok tanam dan melantunkan Sutra, namun karena pesan semangat welas asih dari Master Yin Shun untuk mengembangkan jalan kebaikan “Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Makhluk” demi terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai, maka Tanah Suci di dunia yang murni dijadikan sebagai tujuan yang akan dicapai dengan kerja keras.

Memperoleh Pikiran Sehat
Lewat Sinergi dengan
Segala Fenomena

Hubungan antara manusia dan bumi adalah saling berdampingan.
Perasaan antara manusia dengan setetes air, sebatang pohon, dan sehembus angin
adalah berpadu; manusia hendaknya memiliki hati yang penuh syukur terhadap alam,
karena semua makhluk di bumi saling hidup berdampingan dan tumbuh bersama!
Kebun di Griya Jing Si tidak disemprot pestisida, semuanya menggunakan nutrisi alami untuk menyuburkan benih tanaman. Sebagai contoh: kompos adalah pupuk organik terbaik; kecambah kacang polong dapat dikonsumsi batang dan daunnya, dan akar yang tersisa dapat dikembalikan ke tanah untuk menyuburkan tanaman lainnya.
Sisa-sisa kulit buah dan sayur yang dipetik setiap hari setelah ditangani melalui “fermentor”, dapat dihasilkan pupuk organik dan dikembalikan menjadi nutrisi bagi tanah. Sumber daya yang diambil dari bumi, selayaknya dikembalikan ke bumi. Kita hendaknya menghargai sumber daya alam dan memurnikan bumi sebagai titik awal dan aktif mempraktikkan pemilahan sampah daur ulang.

Bagai Seorang Kesatria
yang Sanggup Memikul Beban

Kayu bakar yang dipakai di dapur Griya Jing Si pada masa awal dipungut dari patahan ranting di pegunungan, sisa pemotongan kayu, dan kulit kacang sisa pembuatan minyak.
Kayu bakar yang dipakai di dapur Griya Jing Si pada masa awal dipungut dari patahan ranting di pegunungan, sisa pemotongan kayu, kulit kacang sisa pembuatan minyak, dan ampas dari toko beras. Belakangan ini, selain berasal dari sisa pembuangan pabrik kertas, sisa pembuatan perabot, cetakan model lama dari lahan konstruksi, juga berasal dari lemari kayu dan “sampah” yang dibuang orang, lantas dipungut kembali oleh relawan daur ulang.

Para leluhur di masa lalu dengan kebijaksanaan mereka mampu mengembangkan karakteristik dan fungsi dari setiap jenis tanaman sampai tingkat maksimal. Inilah semboyan lingkungan yang diterapkan di Griya Jing Si. Misalnya: kulit jeruk bali di samping dapat dijadikan kompos, setelah dikeringkan dapat dijadikan obat pengusir nyamuk, betapa mengagumkan!

Berikan perhatian penuh terhadap bumi dengan mempraktikkan konsep “menghargai berkah dan mengasihi barang”, maka setiap butir nasi, selembar sayur, dan setitik minyak di dalam mangkuk kita dengan sendirinya tidak akan terbuang sia-sia!

Selepas makan, tuangkan sedikit air hangat ke dalam piring, kemudian ambil sehelai sayur, bersihkan piring, lalu tuang ke dalam mangkuk dan diminum selagi hangat; tindakan seperti ini selain merupakan wujud perhatian tidak tega mencemari ibunda bumi, juga memudahkan orang yang mencucinya.

Angin yang Menyegarkan
Diantar dengan Senyuman

Griya Jing Si adalah ayunan semangat Tzu Chi.
Keseharian para penghuni di Griya Jing Si sedikit demi sedikit
melihat kebijaksanaan agung dari hal-hal kecil yang mendetail,
berlanjut hingga hidup berdampingan bersama langit dan bumi.
Selain komputer dan peralatan terkait lainnya yang harus mengandalkan pendingin udara untuk mempertahankan suhu ruangan tertentu, di Griya Jing Si, meski cuaca sangat pengap dan panas, tetap hanya bisa menggunakan kipas angin untuk mengusir panas musim panas.

Penggunaan ruang serba guna bertujuan untuk mengurangi biaya membeli mebel dan pemborosan ruang, misalnya penyangga televisi juga dapat digunakan sebagai kotak penyimpanan, di bawah kasur dapat dirancang lemari untuk menyimpan barang, dan lain-lain.

Sebagian besar barang berbahan kayu dari yang kecil sampai besar di Griya Jing Si berasal dari tangan terampil para relawan senior. Tak terkecuali barang-barang seperti meja di ruang makan, meja belajar Master di ruang belajar, lemari pakaian di ruang tidur, laci di ruang kantor para staf, lemari kecil, dan lain-lain. Bahkan kursi yang dibuang oleh sekolah dasar di dekat Griya Jing Si, setelah diperbaiki dan dipernis olehnya, semuanya bagaikan hidup dan berfungsi kembali, bahkan dapat diubah sesuai keinginan.

Jika kertas yang digunakan kantor-kantor lebih memilih menggunakan kertas daur ulang, maka dapat mengurangi banyak nasib pohon yang ditebang untuk dijadikan kertas.
Kertas kantor dan fotokopi selayaknya menggunakan kedua sisi kertas.

Berprinsip bahwa alat tulis kantor dapat digunakan berulang kali, seperti: perbanyak penggunaan klip dan kurangi penggunaan stapler.

Surat untuk pihak luar harus menggunakan amplop baru agar terkesan lebih sopan, sebaliknya untuk hal lainnya, amplop harus digunakan sampai rusak baru boleh dibuang.

Pikirkan dengan cermat apa yang bisa dilakukan dengan botol plastik dan kaleng? Di belokan jalan setapak sempit, ambang jendela, dan sudut meja kantor, kita dapat menjumpai pemandangan anggun nan hijau di mana-mana.
Bersungguh hatilah pada hal-hal kecil, maka kebijaksanaan hidup akan seperti tetesan air yang bila dihimpun akan menjadi aliran jernih yang mengelilingi dunia.

Memikul Beban Berat
Pencerahan Tertinggi

Bersamaan dengan irama injakan kaki, mesin jahit tua terus berputar dengan sekuat tenaga. Jubah kasar yang dikenakan para bhiksuni semuanya berasal dari tangan terampil Bodhisattva penuh bijaksana yang dibuat di lokasi pembuatan pakaian. Lewat pengalaman bertahun-tahun, mereka tidak perlu membuat pola sudah bisa menggunting kain yang sesuai dengan badan; melalui tangan mereka, kain daur ulang menjelma menjadi pakaian yang santai dan praktis.
Sabun untuk mencuci pakaian dipilih yang tingkat pencemarannya lebih rendah demi mengurangi penggunaan produk berbahan kimia; setiap orang mencuci pakaian dengan tangan, mengurangi penggunaan mesin pengering, dan langsung mengeringkannya di bawah terik matahari. Dengan demikian dapat membunuh kuman dan menghemat energi.

Cuaca saat ini

JAKARTA DKI Jakarta

JING SI BOOKS & CAFE © 2024 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang
Berafiliasi dengan Jing Si USA dan Jing Si Taiwan